Rabu, 09 September 2015

Just Do Something , By : Kevin De Young (Resume by : Amelia Febrina)



Just Do Something
By : Kevin De Young
Kita tidak konsisten. Kita tidak stabil. Kita tidak terikat dengan apapun. Kita tidak yakin apakah kita membuat keputusan yang benar. Hampir setiap waktu, kita bahkan tidak bisa membuat keputusan. Dan kita tidak menjalankannya. Semua ini berarti bahwa sebagai kaum muda Kristen, kita kurang berbuah dan kurang setia dari pada seharusnya.

Kehendak Allah memiliki dua sisi. Sisi pertama kehendak Allah berdasarkan ketetapanNya. Segala sesuatu yang akan terjadi adalah berdasarkan ketetapan Allah yang berdaulat. Dan semua yang ditetapkan Allah pada akhirnya pasti akan terjadi. Kehendak Allah berdasarkan ketetapanNya tidak dapat di gagalkan. Allah mengetahui segala hal dan berdaulat sepenuhnya di atas segala sesuatu. Kehendak Allah berdasarkan ketetapanNya adalah absolute. Sejak sebelum penciptaan dunia. Kehendak Allah berdasarkan ketetapanNya adalah ketetapan tertinggi atas segala hal dan tidak dapat di gagalkan.

Kedua, Kehendak Allah berdasarkan keinginanNya. Kehendak berdasarkan keinginan adalah bagaimana segala sesuatu sebaiknya terjadi. Allah berdaulat, namun Dia bukanlah pencipta kejahatan. Kita berada dibawah kedaulatanNya namun kita tidak terbebas dari tanggung jawab atas tindakan kita. Kehendak Allah, sebagai kehendakNya berdasarkan keinginanNya, berarti bahwa kita melakukan apa yang menyenangkan Allah di mataNya. Ketiga, Kehendak Allah berdasarkan tuntunanNya.

Iman dalam Yesus tidak menjamin bahwa segala sesuatu akan berjalan seperti yang kita inginkan. Komentator Alkitab Bruce Waltke, Habel beriman dan ia meninggal, Henokh beriman dan dia tidak meninggal; Nuh beriman dan orang lain yang meninggal! Jadi memiliki iman tidak menjamin kehidupan anda atau kehidupan orang-orang di sekeliling anda seluruhnya akan menjadi semanis gula-gula dan permen lollipop. Kehidupan tidak selalu penuh kesenangan dan kita tidak seharusnya mengharapkan demikian. Obsesi kita menemukan kehendak Allah, mungkin alasan yang satu ini yang paling krusial: Kita memiliki terlalu banyak pilihan.

Janganlah merohanikan ketidakmampuan kita membuat keputusan dengan alasan untuk mencari kehendak Allah. Ester, dia tidak dijanjikan bagaimana masa depannya nanti. Yang dia tahu hanyalah bahwa menyelamatkan kaumnya merupakan hal yang baik. Allah tidak mengatakan padanya apa yang akan terjadi jika dia taat atau hal apa yang tepat dia lakukan untuk menjamin keberhasilannya. Kita tidak mau mengambil resiko bagi Allah karena kita terobsesi dengan keamanan, perlindungan, dan terutama dengan masa depan. Jalan Allah bukanlah bola Kristal ramalan. Jalan Allah adalah hikmat.

Persoalan terpenting bagi Allah adalah kemurnian moral, ketepatan theologis, belas kasihan, sukacita, kesaksian kita, kesetiaan, kasih, penyembahan, dan iman. Kekhawatiran sesungguhnya adalah hidup dalam masa depan sebelum kita sampai disana. “tampaknya Allah sedang memimpin” adalah cara yang lebih baik bagi kita untuk menyatakan kebergantungan pada Allah daripada “Allah memberi tahu saya demikian.”

Kekhawatiran dan kecemasan tidak sekadar merupakan kebiasaan buruk atau keganjilan. Keduanya merupakan buah – buah dosa yang tumbuh dari akar ketidakpercayaan. Dia memanggil kita untuk dengan sekuat tenaga mengikuti Dia, perintahNya, dan kemuliaanNya. Keputusan sehari-hari  yang kita hadapi untuk mencari kerajaan Allah atau kerajaan kita sendiri, menyerah pada keutuhanNya atau tidak, hidup berdasarkan hukumNya atau kehendak diri sendiri. Allah tidak pernah menjamin kita selalu sehat, sukses, atau mendapat kemudahan. Tetapi dia menjanjikan kita sesuatu yang bahkan lebih baik, untuk membuat kita rendah hati seperti Kristus.

Satu satunya belenggu yang Allah ingin kita pakai adalah belenggu kebenaran bukan belenggu keputusasaan sikap subjektif, bukan kungkungan kehidupan yang bebas risiko, bukan pula kekangan ramalan , belenggu yang sesuai dengan kehambaan Yesus Kristus. Lakukanlah apa yang anda inginkan, bagi kemuliaan Allah.

Kehendak Allah bagi kehidupan anda tidaklah terlalu rumit, memang, hidup dalam keserupaan dengan Kristus merupakan hal yang tidak mudah dan mengikut Kristus memerlukan tanggung jawab besar yang tidak selalu jelas dalam segala situasi. Tetapi sebagai suatu prinsip yang menyeluruh, kehendak Allah bagi kehidupan Anda sudah cukup jelas : jadilah kudus seperti Yesus, dengan kuasa Roh Kudus, bagi kemuliaan Allah.

Jangan berfikir bahwa cara yang mudah adalah selalu merupakan jalan Allah untuk membuat segala hal menjadi nyaman bagi anda. Apabila Allah membuka pintu bagi anda untuk melakukan hal yang anda tahu itu baik atau perlu, berterimakasihlah atas kesempatan tersebut. Namun selain daripada itu, janganlah berasumsi bahwa kemudahan atau kesulitan yang relative dalam situasi yang baru merupakan cara Allah untuk menyampaikan pada Anda bahwa anda harus berbuat sesuatu. Ingatlah, kehendak Allah atas kehidupan anda adalah pembersihan diri dari dosa dan Allah cenderung menggunakan pencobaan dan ketidaknyamanan, daripada kenyamanan dan kemudahan untuk menyucikan diri.

Jadi permasalahannya bukanlah kemampuan Allah yang misterius untuk mengarahkan kita pada ayat yang tepat. Permasalahannya bukan hanya pada memperlakukan ayat yang acak sebagai ayat yang lebih suci dibandingkan jenis bacaan lainnya dalam Alkitab melainkan juga membawa ayat tersebut keluar dari konteksnya dan membuatnya menyatakan hal yang tidak pernah dimaksudkannya. Apabila orang-orang ingin diatur oleh kemunculan teks tunggal Kitab Suci, tanpa memperhatikan konteksnya atau sepatutnya membandingkannya dengan tujuan umum firman Allah dan dengan keadaan mereka sendiri, maka mereka mungkin melakukan pemborosan terbesar, dan mempertentangkan arahan akal sehat yang paling sederhana, ketika mereka berfikir telah mendapatkan firman Allah dalam diri mereka. Jangan bingung firasat-firasat dan perasaan subjektif lainnya dengan sabda-sabda tertentu dari Tuhan.

Jadi permasalahan dengan kesan bukanlah bahwa kesan itu subjektif. Permasalahannya terletak pada asumsi bahwa kesan tersebut berasal dari Tuhan. Kesan adalah kesan. Kesan tidak berada dalam kategori khusus. Jangan membingungkan kesan, firasat, dan perasaan subjektif lainnya dengan sabda-sabda tertentu dari Tuhan. Apabila sebuah pikiran atau dorongan muncul dalam kepala anda, bahkan apabila hal itu terjadi ketika sedang membaca kitab suci, janganlah mengasumsikannya sebagai suara dari surga. Dalam catatan yang berhubungan, kita perlu berhati-hati kalau kita tidak dapat mengabsolutkan keputusan kita hanya karena kita telah mendoakannya.

Pintu yang terbuka, bulu domba, ayat alkitab acak, dan kesan, apabila ditafsirkan dengan cara yang tepat, memperoleh tempatnya di dalam kehidupan Kristen. Sarana-sarana ini dapat dengan mudah disalahgunakan, dimanipulasi, dan dijadikan landasan bagi takhayul.

Suatu pendekatan yang jauh lebih baik sekali lagi dilandaskan oleh John Newton :” secara umum Dia (Allah) memberikan dan mengarahkan umatNya dengan memberikan mereka, dalam jawaban atas doa, terang Roh Kudus yang memampukan mereka untuk memahami dan mencintai Kitab Suci. Firman Allah tidak akan digunakan sebagai undi; Firman Allah tidak juga dibuat untuk mengatur kita berdasarkan hajaran yang terlepas dari tempat yang seharusnya, tidak memiliki permasalahan penentu; namun Firman Allah melengkapi kita dengan prinsip-prinsip keadilan, ketakutan terhadap kebenaran untuk mengatur penilaian afeksi kita, dan oleh karena itu untuk memengaruhi dan mengarahkan tindakan kita.

Ada sebuah kata bagi pendekatan terhadap bimbingan dan kehendak Allah ini, Hikmat. Hikmat tidaklah menarik dan hikmat mengharuskan tidak adanya cincin pembaca sandi ( decoding ring ). Namun hikmat merupakan jalan untuk “mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik” (Amsal 2 : 9).

Dimana informasi telah meningkat, hikmat telah menurun. Kita memiliki banyak sekali informasi, tetapi tidak cukup hikmat. Apa itu hikmat ? Hikmat merupakan pemahaman terhadap takut akan Tuhan dan menemukan pengetahuan akan Allah. Kebodohan berarti berpaling dari Allah dan hanya mendengarkan diri anda sendiri. hikmat Alkitabiah berarti menjalani kehidupan yang disiplin dan bijaksana dalam takut akan Tuhan. Sikap kita terhadap hikmat harus menjadi salah satu tanda dari kerinduan hati yang sungguh-sungguh.

Kita memperoleh hikmat dengan membaca Alkitab (menyimpan perintah Allah), mendengar nasihat yang baik (memalingkan telinga kita pada hikmat), dan berdoa pada Tuhan (meminta hikmat). Allah tidak menginginkan kita untuk semata-mata memberikan ketaatan eksternal terhadap perintahNya. Dia ingin kita mengenalNya dengan intim sehingga pikiranNya menjadi pikiran kita, jalanNya menjadi jalan kita, kasihNya menjadi kasih kita. Tuhan menginginkan kita untuk mendalami Kitab Suci dengan sangat dalam sehingga hati dan pikiran kita diubah, akhirnya kita akan mengasihi apa yang Dia kasihi dan membenci apa yang Dia benci.

(1)               Mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup. (2) janganlah menjadi serupa dengan dunia ini. (3) berubahlah oleh pembaharuan budimu. Apabila kita melakukan ketiga hal ini maka kita akan mampu melihat apa itu kehendak Allah. Jalan hikmat berarti tiga hal : meneliti kitab suci, mencari nasihat yang bijaksana, dan berdoa pada Tuhan. Jalan hikmat adalah jalan kehidupan. Dan jalan tersebut membuat anda lebih bebas daripada yang anda sadari.

Jadi akhir permasalahannya adalah seperti ini : hiduplah bagi Allah. Taatilah kitab suci. Pikirkanlah orang lain sebelum memikirkan diri anda sendiri. jadilah kudus. Kasihilah Yesus. Dan ketika anda melakukan semua ini, lakukanlah apa pun yang anda sukai, dengan siapapun yang anda sukai, dan anda akan berjalan dalam kehendak Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar