Rabu, 10 Desember 2014

Budak Rupiah

Belum genap setahun sebagai HRD..
Pengalaman dan pembelajaran awal yang sungguh luar biasa..
Tanggung jawab, kepercayaan, dan kesempatan yang tidak boleh di sia-sia kan..
Banyak permasalahan terjadi di kalangan staff.. dan saya hanya mencoba menemukan akar penyebabnya..
Akhirnya selalu berujung pada hal ini... Rupiah (Mata uang Indonesia tercinta ) !! Hahaha
Kecintaan akan uang yang sekarang sudah dianggap wajar dan normal oleh sebagian besar makhluk di muka bumi ini.. Makhluk yang Tuhan ciptakan paling sempurna dibanding yang lainnya.. siapa lagi kalau bukan manusia.. 
Bagi saya, ini bukan masalah butuh atau tidak butuh uang.. Tapi dalam skala prioritas peringkat keberapa nilainya bagi hidup kita masing - masing...

Slogan yang tak kan pernah saya lupa, yang terpampang besar di tembok Gedung sekolah SMA dulu ... "Segalanya mungkin perlu Uang, tapi uang bukanlah segalanya ! "

Dalam Alkitab jelas dikatakan dalam 1 Tim 6 : 10 "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka"



Ironisnya,  dengan sadar ataupun tidak sadar orang menyerahkan dirinya sebagai Budak Rupiah, sekalipun saya dengan  sangat yakin bahwa ia juga tahu dan sadar penuh bahwa ia diciptakan Tuhan, berarti hidupnya milik Tuhan, dan seharusnya tentu Tuhanlah yang pantas menjadi otoritas tertinggi atas hidupnya bukan Rupiah . Mengenai "Budak Rupiah" sungguh saya tidak bermaksud untuk menunjuk atau menuding seseorang tertentu, namun yang dimaksud adalah karakternya.. Dan masing-masing bisa mengevaluasi dirinya apakah ia memiliki karakter "Budak Rupiah" ini ?!

Efek dari Budak Rupiah ini adalah bahwa seluruh hidupnya justru berorientasi pada uang (money oriented). Kerja memang mendapatkan uang, tapi apakah bekerja hanya untuk uang?!
Bersemangat bila ada upah lebih dan banyak mengeluh bahkan mangkir bila tak ada bonus... Begitu ceria saat hari gajian dan malas di hari-hari yang jauh dari waktu gajian..
Bahkan yang paling lucu, bila staff mengomel saat ada pemotongan bonus sebagai sanksi karena perbuatannya yang melanggar peraturan perusahaan dan merugikan perusahaan..
Ribut saat merasa hak'nya di potong namun hal itu justru karena lalai melakukan kewajibannya...
Bahkan hanya karena nominal uang beberapa ribu saja bisa mengakibatkan pertengkaran, sentimen pribadi, dan protes tanpa meminta dan menerima penjelasan sebelumnya...
Karena respon berlebihan terhadap sesuatu yang seharusnya bukan menjadi hal utama inilah saya menggunakan sebutan "Budak Rupiah" ..

Benarkah hal-hal semacam ini ? Bila uang yang menjadi tuanmu, dapatkah Tuhan menjadi yang utama ? karena ia yang mencintai Uang takkan sanggup mencintai Tuhan di waktu yang sama.
Tidakkah pekerjaan, tanggung jawab, posisi, dan semua berkat yang masih mampu kita miliki dan nikmati sampai hari ini adalah pemberianNya ? Bila yang benar adalah kita melakukan semuanya bagiNya, lantas mengapa kita melakukannya dengan ego dan nafsu akan sesuatu yang fana ?

Bagian ini bukan saja untuk mengkritisi lingkungan dunia kerja yang baru membuka mata saya lebar-lebar dan tercengang karenanya, namun yang terutama adalah untuk mengingatkan diri saya  akan bahaya besar yang mengancam di tempat saya berdiri saat ini, di dalam apa yang saya kerjakan sekarang ini, dan terhadap lingkungan yang saya hadapi.

Tak ada sesuatupun yang melekat pada kita (materi) saat kita lahir, dan begitu juga tak ada (materi) yang dapat kita bawa saat penghakiman di hadapanNya nanti saat waktu Ia panggil kita pulang..
Lantas dimana arti Rupiah saat itu ?!
Jadi pantaskah membiarkan diri menjadi Budak Rupiah ?!
Tidakkah kehidupan, keselamatan, dan kekekalan jauh lebih berarti dan kita butuhkan ?!








 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar